Login Member
Username:
Password :
Agenda
05 January 2025
M
S
S
R
K
J
S
29
30
31
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
1
2
3
4
5
6
7
8

SMA PGRI 1 Wonogiri merupakan sekolah yang Berjaya tahun 1980-an. Bahkan masyarakat Wonogiri menyebut bahwa SMA PGRI 1 Wonogiri merupakan SMA duanya SMA Negeri 1 Wonogiri, karena pada waktu itu belum lahir SMA N 2 Wonogiri. Memang benar, ada beberapa alasan bahwa SMA PGRI 1 Wonogiri disebut SMA duanya SMAN 1 Wonogiri karena semua gurunya berasal dari SMA N I Wonogiri sehingga materi yang diajarkan di SM PGRI 1 Wonogiri sama dengan yang diajarkan di SMAN 1 Wonogiri bahkan semangat Guru SMAN 1 lebih bersemangat karena merasa mendapat tambahan penghasilan.
Banyak alumni SMA PGRI 1 Wonogiri yang sukses baik di bidang usaha, pemerintahan, dan politik. Hal itu dibuktikan seringnya dilakukan pertemuan alumni yang dipelopori tokoh-tokoh politik dan pemerintahan yang sukes di Wonogiri. Jumlah siswa mengalami puncak keemasan tahun 1990 mencapai 1000 atau 24 kelas. Tetapi dalam perjalanannya, SMA PGRI 1 Wonogiri mulai menurun tatkala berdiri SMAN 2 Wonogiri dan SMK Negeri 2 Wonogiri bahkan mulai merebhnya berdirinya SMK di daerah karena kebijakan pemerintah untuk pembinaan sekolah menengah mengarah 25% dan 75%. SMA 25% dan MK 75% sehingga perkembangan SMA mulai menurun.
Klimaknya, tahun 2008, SMA PGRI tinggal 6 siswa atau satu tingkat. Karena sekolah PGRI di bawah binaan Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan (YPLP) PGRI Kabupaten Wonogiri, maka stake-holder sekolah bersama yayasan untuk beralih fungsi dari SMA ke SMK. Berdasarkan musyawarah dewan guru, komite, dan yayasan maka sekolah mengajukan alih fungsi ke Bupati Wonogiri. Kemudian siswa kelas 3 didampingi dipindahkan ke SMA terdekat dan dibiayai oleh sekolah bersama yayaan sampai lulus .
Keruntuhan SMA PGRI tidak semata-mata kerena berdirinya  sekolah-sekolah negeri tapi sangat ditentukan oleh menurunnya atau lemahnya manajemen sekolah. Banyaknya guru samben atau sampingan dari SMAN 1 Wonogiri sehingga banyak jam-jam kosong dan mengabaikan pelayanan pada siswa, sehingga menyebabkan kepercayaan dan minat masyarakat semakin menurun.

Melihat perjalanan sekolah yang naik turun bahkan nyaris mati, maka saya dan stake-holders sekolah merasa berkepentingan untuk bangkit dari keterpurakan . Untuk memperjelas kiat-kiat dan strategi yang dilakukan sekolah untuk menjadi sekolah yang hidup dan bangkit serta berprestasi akan saya paparkan pada bab III tentang kiat-kiat menjadi sekolah yang diminati masyarakat.

 

METODE DAN STRATEGI PENYELAMATAN MENJADI SEKOLAH YANG DIMINATI

A.     Koordinasi dan Konsultasi

Dalam pembahasan di depan disampaikan tentang berbagai permasalahan yang muncul yang mengakibatkan semakin menurunnya peserta didik bahkan mendekati ajalnya sekolah yang saya tempati yakni SMA PGRI 1 Wonogiri yang pernah Berjaya.SMA PGRI 1 Wonogiri memiliki 8 guru DPK, 1 guru yayasan, dan 10 guru tidak tetap  yayasan. Saya bersama rekan sepakat memikirkan keberlangsungan sekolah atau SMA PGRI 1 Wonogiri ini, dengan alas an sebagai berikut:

  1. Bagaimana nasib 21 guru 6 tenaga Tu, mau di kemanakan?
  2. Bagaimana asset sarana dan prasarana  yang masih sangat layak ini, mau diapakan?
  3. Kalau masih lanjut, apakah kita tetap bertahan atau beralih fungsi?
  4. Apakah yayasan (YPLP) PGRI mau memfasilatasi dan membantu usaha kami?

Dengan beberapa pemikiran tersebut, kami seluruh guru, kepala sekolah, dan tenaga administrasi sepakat “sekolah harus bertahan hidup” Salah satu trateginya adalah”alih fungsi”. Alih fungsi yang disepakati adalah “SMK”. SMK yang dipilih sesuai dengan prospek adalah” Program kesehatan”. Saya selalu berkoordinasi dengan stake-holders sekolah baik guru, karyawan, kepala sekolah, dan tokoh-tokoh pendidikan. Setelah kami berkoordinasi dan berkonsultasi dengan yayasan,  ternyata disambut dengan baik dan membantu dalam mempersiapkan proposal dan perijinan.

 Di samping itu, kami dan temam-teman juga berkonsultasi dengan Dinas pendidikan Wonogiri melalui Bidang SMK, ternyata didukung sepenuhnya dan diberikan kemudahan. Tidak hanya itu, karena program kesehatan adalah melibatkan ahli di bidangnya, maka kami berkonsultasi dengan Dinas Kesehatan. Ternyata, Dinas Kesehatan masih menyangsikan keberlangsungan karena Dinkes masih berpedomen bahwa sekolah kesehatan bernaung dibawah Departemen Kesehatan sehingga koordinasi tidak mulus, tapi upaya terusdilakukan dengan mencari terobosan dengan memasukkan orang-orang kesehatan baik dalam kepanitiaan pendiriaan maupun dalam pembelajaran mata pelajaran produktif. Akhirnya, baik Dinkes Kabupaten maupun provinsi memberikan rekomendasi berdirinya SMK Bhakti Mulia PGRI Program Farmasi Wonogiri.

B.     Perizinan

Setelah dilakukan koordinasi secara kontinue serta konsultasi secara kooperatif akhirnya, kami menyusun proposal Alih Fungsi dari SMA PGRI 1 Wonogiri menjadi SMK Bhakti Mulia PGRI Kabupaten Wonogiri, dengan spectrum program Farmasi. Proposal diusulkan oleh Yayasan Pembina dan Lembaga Pendidikan (YPLP) Dikdasmen PGRI Kabupaten Wonogiri kepada Bupati Wonogiri melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri. Dengan berbagai revisi akhirnya, tertanggal 10 Maret 2009, perizinan dari BUpati Wonogiri turun yang ditandatangani oleh Begug Purnama Sidi Bupati Wonogiri semasa itu.

 Dengan izin itu, maka semua guru menggalang dana untuk keperluan PPDB 2009/2010, tetapi tidak maksimal kerena kesadaran dan kemmpuan guru masih sangat terbatas. Melihat semangat dan gerakan guru dan karyawan yang tidak pernah lelah dan patah semangat, maka YPLP memeberikan bantuan dana untuk suksesnya PPDB.

C.     Gerakan door to door dan school to shool menjaring siswa

Dengan modal izin sebagai landasan hokum pendirian SMK, maka yang dilakukan oleh guru dan karyawan adalah semangat dan motivasi. Dengan modal tersebut, kami melakukan penjaringan murid dari rumah ke rumah, dari teman ke teman, dari guru ke guru untuk sosialisasi penerimaan siswa baru Tahun Pelajaran 2009/2010. Di samping itu, dengan modal dana dan kendaraan masing-masing, kami sosialisasi ke sekolah-sekolah terdekat.

Selama waktu 3 bulan, ternyata mimpi dan usaha dapat menjadi realita. Pada pendataran tahun pertama ada 100 siswa yang mendaftar, namun sesuai dengan kemampuan sekolah baik guru, fasilitas, dan factor penunjang lain, kami sepakat menerima 2 kelas dengan jumlah 80 siswa masing-masing 40 siswa. Pada Tahun kedua, atas saran YPLP kami sepakat menerima siswa 3 kelas dengan jumlah 108 siswa atau 3 kelas.

Pendaftar pada tahun kedua mencapai 200 siswa, memningkat dua kali lipat. Ini, menunjukkan bahwa sekolah sudah dilirik dan diminati masyarakat. Pada tahun ketiga, penerimaan siswa sudah mulai terbuka mengacu RSBI, menerima lebih awal. Jumlah pendaftar sudah mencapai 200 lebih, tapi ada warning dari Dinkes sbahwa sekolah yang belum terakreditasi maksimal boleh menerima 60 siswa. Kami bersama YPLP melakuklan pendekatan untuk diberikan tambahan kouta 2 kelas 80 siswa, akhirnya diperbolehkan.

 Dengan data tersebut, mulai pada tahun 1,2, dan 3 semakin menolak siswa. Dengan indicator tersebut, bahwa SMK Bhakti Mulia PGRI Program Farmasi mulai diminati masyarakat. Pada tahun keempat, sekolah sudah tidak lagi mencari dan memburu murid tetapi belum dibuka PPDB 2012/2013 kouta sudah terpenuhi karena pendaftar sudah mencapai 200-an.

 Pada tahun keempat terdapat perubahan dan kemudahan bahwa manajemen sekolah kesehatan diserahkan pada dinas pendidikan sepenuhnya kecuali pengajat atau pendidik harus berbasik kesehatan sesuai dengan kompetensi dan kualifikasinya, dengan otoritas ini, YPLP memberikan garis penerimaan siswa maksimal 3 kelas dengan jumlah 108 siswa, walaupun Bupati menyarankan minimal 5 kelas bahkan untuk diterima semua. Tetapi, semua stake-holders sepakat  rencana sejak awal berdirinya SMK ini, sekolah akan memaksimalkan 3 kelas parallel atau 9 kelas dengan jumlah siswa 324 siswa dengan misi menjadi lulusan yang siap kerja dan atau melanjutkan ke perguruan tinggi.

Lulusan SMK Farmasi disiapkan menjadi tenaga atau pekerja kesehatan dasar sebagai asisten atau pembantu petugas ahli kesehatan, Karen petugas ahli yang diakui oleh kesehatan minimal D3 kesehatan, sehingga lulusan SMK sebagai asistensi walaupun pengetahuan dan sklilnya tidak diragukan karena dalam bidang kesehatan atau kefarmasian dibimbing oleh tenaga-tenaga medic yang kompeten dan professional.

D.     Peran YPPL Dikdasmen PGRI sangat besar

Selain memberikan pembinanaan dan layanan kepada sekolah sekolah PGRI baik SMP maupun SMK Wonogiri, peran Yayasan juga memfasilitasi lajunya SMK Bhakti Mulia PGRI Wonogiri yang lebih keren disebut SMK Farmasi sebagai terobosan untuk mengangkat pencitraan sekolah-sekolah PGRI yang semakin lama mati pelan pelan lambat laun lelap ditelan bumi.

Di samping melakukan koorninasi, juga dilakukan pembinaan bahkan pembimbingan bahkan memfasilitasi. Pada Tahun kedua, YPLP mengucurkan dana pinjaman nirlaba untuk membangun Lab Farmasi sebesar 300 juta. Dana tersebut dikembalikan selam 3 tahun tanpa bunga. Dengan bantuan itu, maka terbangun lab Farmasi yang representatif dengan ukuran 18x9m dengan perabot dan peralatan praktek yang mendekati lengkap.

Dengan berdirinya lab tersebut menambah keyakinan bahwa SMK Bahkti MULia satau-satunya SMK Kesehatan yang diminati masyarakat Wonogiri dan sekitarnya. Louncing lab dilakukan oleh Bupati Wonogiri yang dihadiri oleh pejabat eselon II,III, dan pejabat fungsional sekitar 100 orang. Mulai saat itulah, SMK Bhakti MUlia PGRI Wonogiri Program Farmasi yang lebih senang disapa SMK Farmasi terus naik daun dan diminati masyarakat. Langkah-langkah koordinasi, konsultasi, kolaborasi, dan sinergi menjadi awal suksesnya SMK Bhakti Mulia PGRI Wonogiri.